Karena adanya ancaman penyakit menular dan juga virus mematikan (HIV-AIDS) yang terbanyak dari kalangan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), maka negara Amerika, Inggris dan Israel telah melarang menerima sumbangan donor darah dari kalangan ini.
Larangan itu dilakukan semenjak tahun 1983 silam saat wabah HIV dan AIDS terlalu banyak dan sering ditemukan dari kalangan LGBT.
Namun larangan tersebut kini mulai dicabut oleh Israil menyusul adanya kekurangan darah dan juga teknologi tes darah yang moderen akurasi mencapai 100%, untuk mendeteksi banyaknya penyakit pada darah LGBT.
Akan tetapi, pencabutan larangan itu masih dalam proses uji coba mengingat perlunya waktu 12 bulan bagi gay atau homoseksual menunggu proses bersihnya darah mereka dari kegiatan penularan penyakit.
Israel mengumumkan bahwa mereka akan mencabut larangan donor darah kaum gay dan biseksual pada Senin, 8 Januari 2018, sebuah perubahan yang belum dilakukan di Amerika Serikat.
Layanan darurat nasional Israel Magen David Adom, merancang sebuah sistem “pengujian ganda” yang memungkinkan bank-bank darah menyiarkan sumbangan dua kali, yang memungkinkan pria gay dan biseksual untuk memberikan sumbangan langsung.
Sebelum pengumuman, Israel memiliki kebijakan yang sama dengan di Amerika Serikat, di mana pria gay dan biseksual hanya dapat melakukan donor darah setelah 12 bulan tidak berhubungan seksual dengan pria lain.
Kementerian Kesehatan Israel mengizinkan sistem baru tersebut dalam masa percobaan dua tahun. Darah akan diuji untuk kedua kalinya setelah periode sementara waktu empat bulan saat akan dibekukan, seperti dilansir newsweek.com, Kamis (11/1/2018)
Pada bulan Desember tahun lalu, Inggris juga mengadopsi masa tunggu yang berlaku di Amerika, namun aktivis LGBT mengatakan bahwa tahun pantang yang dipersyaratkan masih berlaku sebagai larangan.
“Aturan baru ini merupakan langkah maju yang signifikan. Namun, kami tetap prihatin bahwa karena terlalu banyak pria gay dan biseksual yang berisiko, peraturan baru ini berlaku sebagai larangan berlanjut,” kata Manajer Pengembangan Scott Cuthbertson dari advokasi LGBTQ Skotlandia Jaringan Kesetaraan Grup.
Administrasi Makanan dan Obat AS memperkenalkan penundaan 12 bulan untuk pria yang pernah berhubungan seks dengan pria lain pada tahun 2015, merevisi kebijakan 1983 yang telah menempatkan larangan seumur hidup pada donor gay sebagai tindakan reaksioner terhadap krisis HIV/ AIDS.
Setelah tayangan tragedi di klub malam LGBT Pulse di Orlando, Florida, pada Juni 2016 lalu, komunitas LGBT meminta revisi masa tunggu 12 bulan.
Laki-laki gay dan biseksual dilarang membuat sumbangan untuk orang-orang tercinta yang membutuhkan darah, setelah kejadian tersebut. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), mengumumkan bahwa mereka akan merevisi rekomendasi setelah kejadian tersebut.
Tragedi di klub malam Pulse di Orlando menyoroti diskriminasi yang dihadapi pria gay dan biseksual saat mencoba menyumbangkan darah kepada mereka yang membutuhkan.
Tahun lalu, periset medis dari Yunani dan Inggris menolak larangan donor darah gay dan biseksual. Bank darah sekarang memiliki teknologi canggih untuk menguji darah dengan sensitivitas 100 persen dan spesifisitas.
“Teknologi pengujian HIV saat ini mengurangi risiko infeksi darah yang terkontaminasi HIV menjadi 1 per 8 sampai 12 juta sumbangan,” kata periset dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada bulan Juni oleh Pusat Informasi Bioteknologi Nasional.
FDA belum mengeluarkan rekomendasi baru sejak pernyataannya setelah penembakan di Orlando, dan administrasi Trump belum membahas masa tunggu donor darah gay di Amerika Serikat.
Pada Desember, Presiden Donald Trump memecat anggota Dewan Penasihat Presiden untuk HIV/ AIDS (PACHA) yang tersisa, menyusul pengunduran diri enam anggota pada bulan Juni 2017.(drsc)
Thanks for reading Ternyata Israel, Inggris dan AS Larang Gay Donor Darah Sejak 1983 | Tags: Bugar Internasional tipSehat
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »