Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri yang kembali mewabah di Indonesia.
Penyakit mematikan yang dipicu oleh bakteri bernama Corynebacterium Diptheriae ini sudah memakan banyak korban jiwa di 20 provinsi.
Dari 622 kasus yang muncul di 95 kabupaten dan kota di Indonesia, 32 orang diantaranya meninggal dunia.
Hanya dalam waktu Oktober hingga November 2017, 11 Provinsi sudah menetapkan KLB difteri, yakni Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Banten, Jawa barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Di Jawa Barat misalnya, per 3 Desember 2017 angka kasus difteri mencapai 116 kasus dengan 13 orang telah meninggal dunia.
Penyebab difteri
Jose Rizal Latief Batubara yang merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae yang mudah menular.
Penderitanya akan meninggal karena saluran pernafasannya mengalami peradangan parah, gagal ginjal, gagal nafas, dan lain sebagainya.
Gejala awal dari penyakit ini adalah demam dengan suhu sekitar 38 derajat Celcius, munculnya selaput putih yang mudah berdarah di tenggorokan, rasa sakit saat menelan, dan sesak nafas.
Penyakit ini sebenarnya sudah lama hilang namun muncul kembali
Difteri sebenarnya adalah penyakit lama dan bahkan sudah ada vaksin penangkalnya, yakni DPT. Vaksin ini diberikan 3 kali seumur hidup sejak usia seseorang 2 tahun dan diberi setiap 10 tahun.
Jane Soepardi dari Bagian Karantina Kemenkes bahkan menyebutkan bahwa sejak tahun 90-an, difteri sebenarnya sudah hampir sangat jarang ditemui namun kemudian muncul kembali pada tahun 2009.
Jose Rizal sendiri menyebut bahwa karena adanya kelompok anti vaksin yang semakin banyak, maka ada banyak anak yang tidak terlindungi dan hal ini mempengaruhi penyebaran penyakit ini.
Kemungkinan meninggal karena penyakit ini 6 persen
Dari bulan Januari hingga November 2017, prosentase kematian dari penyakit difteri adalah 6 persen dari 590 kasus. Angka prosentase kematian ini cukup tinggi sehingga tentu tidak boleh disepelekan.
Bisa menyerang orang dewasa
Jangan salah, difteri tidak hanya menyerang anak-anak saja, namun orang dewasa. Karena alasan inilah jika ada satu saja orang yang terduga terkena difteri, semua anggota keluarganya atau orang-orang di sekitarnya harus diperiksa kondisi kesehatannya atau bahkan divaksin ulang demi mencegah penyebaran penyakit ini.
Kelompok anti vaksin ikut berperan akan kasus KLB difteri ini?
Oscar Primadi dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa adanya kelompok anti vaksin ikut menentukan gagalnya pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk difteri.
Bahkan, Jose Rizal meminta pemerintah harus tegas pada kelompok-kelompok ini karena dampaknya bisa merugikan banyak orang di seluruh tanah air.(drsc)
Thanks for reading Awas Difteri KLB Berikut Ciri dan Pencegahannya | Tags: Bugar tipSehat
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »